Rabu, 27 Februari 2008

RESUME PERTEMUAN PENGURUS YAYASAN KELOMPOK MASYARAKAT PEDULI DENGAN TEAM COMMUNITY AFFAIRS
CHEVRON GEOTHERMAL INDONESIA DARAJAT


A. DASAR :

- Surat elektronik yang disampaikan kepada Sdr. Iwan Azof (Community and Government Affairs Chevron Geothermal Indonesia Darajat) tertanggal 20 Pebruari 2008 dan mendapat jawaban untuk dapat bertemu melalui surat elektronik tertanggal 21 Pebruari 2008 dimana disepakati bertemu pada hari Selasa tanggal 26 Pebruari 2008 pukul 09.00 Wib.

B. MAKSUD DAN TUJUAN :

- Maksud
:
- Diskusi tentang pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) Chevron Geothermal Indonesia Darajat

- Tujuan
:
1. Mendapatkan gambaran/penjelasan tentang CD LBD
2. Tercapainya kesepahaman tentang CD LBD
3. Terjalinnya komunikasi yang sehat antara masyarakat dengan Perusahaan
4. Tercapainya misi masing-masing pihak, yayasan kemali dapat menjalankan fungsinya dalam menjembatani kepentingan masyarakat (bridging) dan team Community Affairs dapat menjalankan fungsinya sebagai corong perusahaan
C. PESERTA DISKUSI
- Yayasan/masyarakat




- Team Community Affairs

:




:

- 2 orang pengurus Yayasan Kemali
- 1 orang tokoh pemuda
- 2 orang pengurus organisasi guru
- 1 orang pengusaha local
- 1 orang anggota DPRD Kab. Garut
1. Sdr. Iwan Azof
2. Sdr. Poespo Oetomo
3. Hadi


D. WAKTU
:
Dimulai pukul 09.50 dan berakhir pukul 10.30 Wib (terjadi keterlambatan waktu dari jadwal yang telah disepakati, karena kesalahan dari pihak Yayasan/masyarakat)

E. ISI PEMBICARAAN ;
Sesuai dengan surat elektronik yang disampaikan oleh Ketua Yayasan Kemali Sdr. Yusep Ahmad Ichsan kepada Sdr. Iwan azof bahwa materi pertemuan adalah untuk berdiskusi tentang penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diimplementasikan oleh Chevron Geothermal Indonesia Darajat melalui program Community Development and Local Business Development (CD and LBD). Maka sdr. Ketua Yayasan Kemali meminta kepada Sdr. Iwan Azof untuk menjelaskan tentang apa dan bagaimana CD LBD itu. Disamping itu, Ketua Yayasan kemali juga memaparkan kondisi ril di masyarakat tentang penyikapan mereka terhadap eksistensi perusahaan. Ternyata dapat disimpulkan bahwa “lisensi social” dari masyarakat masih sangat jauh dari harapan.

Jawaban Team Community Affairs Chevron :
CD LBD merupakan program Perusahaan yang dikonsentrasikan pada 3 bidang, yaitu pendidikan, kesehatan dan pengembangan ekonomi masyarakat local. Yang menjadi prioritas sasaran dari program ini adalah masyarakat di 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasirwangi (ring I) dan Kecamatan Samarang berikut Kecamatan Sukaresmi (ring II). Sementara untuk Kecamatan lainnya di Kabupaten Garut tidak menjadi prioritas program CD LBD tetapi tetap mendapat perhatian dari perusahaan.
Pada tahun 2006, Perusahaan melibatkan Pemerintah Daerah dalam hal ini BAPEDA di dalam penyusunan Program CD LBD, namun untuk tahun 2008 Perusahaan tidak lagi bekerjasama dengan BAPEDA. Adapun teknik yang digunakan untuk mencari objek program, perusahaan mempunyai strategi tersendiri yang tidak diketahui oleh masyarakat. Namun, meski begitu perusahaan pun menampung program-program yang diajukan oleh masyarakat yang dapat disalurkan atau disampaikan melalui Kepala Desa dan Camat di wilayahnya masing-masing.

Adapun besarnya dana yang disediakan, pihaknya tidak bersedia menyebutkan angka. Namun dapat diperkirakan mencapai milyaran rupiah. Saat ini, pihak perusahaan tengah memfokuskan pelaksanaan CD melalui pembinaan mental masyarakat, disamping konsentrasi pada bidang pendidikan dan kesehatan.

Mengenai ketidaktahuan pemerintah setempat (Camat) tentang pelaksanaan CD LBD, pihaknya mengakui bahwa masalah itu sangat mungkin terjadi karena adanya keterbatasan pihak perusahaan dalam melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Camat.

Demikian inti dari pembicaraan yang dilakukan, mengingat keterbatasan waktu yang tersedia.









TANGGAPAN ATAS HASIL PERTEMUAN

Yayasan Kelompok Masyarakat Peduli (kemali) adalah sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada program-program pengembangan masyarakat. Di dalam kiprahnya, selain melakukan aksi-aksi pemberdayaan masyarakat melalui program, juga dilakukan melalui diskusi dan pengkajian atas setiap permasalahan yang timbul di masyarakat.

Dalam konteks pelaksanaan Corporate Social Responsibility Chevron Geothermal Indonesia Darajat, kemali melihat ada sesuatu yang “salah” di dalam pelaksanaannya (baca; Tinjauan Kritis Terhadap Implementasi CD LBD Chevron Geothermal Indonesia Darajat; dapat diakses di http://forumpengembanganmasyarakat.wordpress.com dan CSR, Chevron dan Pemerintah Garut; dapat diakses di http://yayasankemali.blogspot.com). Memang, pada dasarnya CSR ini sangat tergantung pada selera pihak perusahaan, namun ketika di dalam pelaksanaannya telah “mengganggu” tatanan kehidupan sosial masyarakat, maka masalahnya sudah bukan lagi pada selera perusahaan atau selera pemerintah daerah. Akan tetapi sudah harus memperhatikan selera apa yang disukai oleh masyarakat yang “terusik” kehidupan sosialnya. Maka menjalin komunikasi yang sehat dan mencari kesepahaman mengenai CSR ini menjadi sesuatu yang urgen dan mutlak dilakukan oleh Pemerintah, Perusahaan dan masyarakat itu sendiri yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kehidupan socialnya. Setidaknya ada beberapa alasan bagi kami untuk berperan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan CSR ini, yaitu :

1. Adanya gejala perubahan social di masyarakat yang diakibatkan oleh adanya program CD LBD;
2. CSR (CD LBD) dilaksanakan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab social perusahaan terhadap masyarakat local dimana dirinya melakukan operasi. Namun yang terjadi kemudian adalah kontra produktif dari tujuannya, alih-alih untuk mendapatkan lisensi social malah telah membuat permusuhan di antara masyarakat itu sendiri, apalagi terhadap perusahaan yang dianggap oleh masyarakat sebagai “biang kerok” dari permusuhan yang terjadi. CD LBD akhirnya menjadi semacam “racun” bagi masyarakat.
3. Tidak adanya transparansi dari pihak pemerintah daerah sebagai pihak eksternal yang dilibatkan oleh perusahaan di dalam perencanaan dan penyusunan program CD LBD.

Dari kenyataan-kenyataan tersebut diatas, maka kami mencoba untuk berbagi informasi dengan pihak pemerintah dan perusahaan serta mencoba untuk membangun kesepahaman mengenai CSR ini. Namun dari pertemuan awal kami, baik dengan pemerintah setempat (camat) maupun dengan pihak perusahaan (team Community Affairs) sangat mengecewakan sekali. Dalam tulisan ini perlu kami tegaskan, bahwa pada dasarnya kami tidak peduli berapa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, kepada siapa uang (program) itu diberikan, akan tetapi kami sangat peduli terhadap bagaimana metode dan mekanisme yang digunakan oleh perusahaan untuk menentukan sasaran programnya.
Kekecewaan kami terhadap Camat adalah ternyata tidak seperti yang kami duga, Camat lebih banyak tidak tahunya terhadap pelaksanaan CD LBD. Pedahal, menurut informasi yang kami dapatkan, pelaksanaan CD LBD diserahkan kepada Camat di wilayahnya masing-masing (untuk ring I dan ring II). Kemudian kekecawaan yang lebih dalam lagi kami dapatkan dari sikap penerimaan Perusahaan ketika datang berkunjung, kami menangkap dari dialog yang dilakukan, pihak Community affairs Chevron seolah-olah menempatkan/menganggap kami sami mawon (sama saja) dengan kelompok masyarakat lainnya yang datang untuk meminta, menghujat, mengata-ngatai, menghukumi dan sederet kebiasaan buruk yang kerap diperlihatkan oleh masyarakat kepada perusahaan. Dari pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh team Community Affairs jelas sekali terlihat bahwa mereka telah menerapkan formasi bertahan dalam bentuk argumentasi dan penyangkalan atas apa yang terjadi. Jadi, jika demikian adanya bagaimana bisa terbangun komunikasi yang sehat dan kesepahaman tentang CSR, jika sikap yang dikedepankan adalah sikap mencurigai? Toh kami datang jelas untuk berdiskusi tentang pelaksanaan CSR, dimana kami akan dan pada hakikatnya telah membantu pihak perusahan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang posisi perusahaan. Baiknya kami kutip beberapa pernyataan anggota team Community Affairs yang cukup tendensius dan menyinggung perasaan kemanusiaan kami :
Sdr. Iwan Azof berkata : “… sekarang anda, besok datang lagi kelompok lain, sama bawa-bawa pejabat (kebetulan kami datang didampingi oleh seorang anggota DPRD Kabupaten Garut). Bahkan saya pernah ditelepon oleh salah seorang adik menteri untuk masalah ini…”, demikian pernyataan yang dilontarkan kepada kami. Jujur saja, kami merasa tersinggung dan terhinakan dengan pernyataan tersebut. Karena maksud kami meminta salah seorang anggota DPRD untuk mendampingi kami adalah supaya sang anggota Dewan .tahu tentang duduk perkara sebenarnya tentang pelaksanaan CD LBD. Bukan sebagai alat untuk menakut-nakuti, syok therapy atau unjuk relasi. Malah menurut pemikiran kami, apa hubungannya adik menteri dengan CD LBD? Sebegitu pentingkah CD LBD hingga seorang adik menteri harus mengubungi team Community Affairs? Lantas, kepentingannya apa? Justru kalau kami datang dengan seorang anggota DPRD itu sangat relevan.
Kemudian mari kita simak pernyataan sangkalan dari team community Affairs, ketika kami mengatakan bahwa masyarakat merasa bingung dan tidak tahu bagaimana prosedur mengajukan program pemberdayaan masyarakat kepada perusahaan. Karena, menurut pengakuan salah seorang tokoh masyarakat yang pernah datang ke kantor Chevron dan diterima oleh seorang karyawan Chevron di bagian CD LBD mengatakan bahwa untuk mengajukan program harus melalui Camat setempat. Kemudian apakah ada saluran lain selain melalui Camat? Sang karyawan mengatakan tidak ada. Artinya, masyarakat hanya dapat mengajukan program hanya melalui Camat dan tidak ada akses langsung ke perusahaan. Namun Team Community affairs Chevron dengan serta merta, refleks dan tergesa mengatakan bahwa orang tersebut (setelah terlebih dahulu menanyakan nama yang bersangkutan) bukan karyawan Chevron. Kami tercengang, merasa lucu dengan sikap ambivalen perusahaan. Dimana sebelumnya mengatakan bahwa dengan kehadiran Chevron di sini telah merekrut 500 orang tenaga kerja, yang seolah-olah ingin menegaskan kepada kami bahwa betapa telah berjasanya perusahaan terhadap masyarakat local. Tapi di sisi lain, ketika ada masalah dengan karyawannya justru membantah dengan mengatakan bahwa itu bukan karyawannya. Bagi masyarakat awan, seluruh orang yang bekerja di areal tersebut adalah karyawan Chevron, mereka tidak tahu apakah itu karyawan asli Chevron atau hanya karyawan yang diperbantukan melalui perusahaan penyedia tenaga kerja. Dan memang sangat sulit untuk menentukan apakah orang ini karyawan Chevron asli atau bukan. Sebagai bukti, ketika kami hendak menghadap Camat Samarang kami harus mengisi buku tamu dan selintas melihat ada nama salah seorang karyawan salah satu perusahaan penyedia tenaga kerja dan bekerja untuk Chevron mengisi kolom pekerjaan pada buku tamu tersebut sebagai karyawan Chevron.
Meskipun demikian, syukurlah kami beserta rekan-rekan yang lain dapat menahan diri dan berupaya sekuat tenaga untuk tetap bersikap bijak. Karena memang kami datang bukan untuk bersitegang, kami datang dengan itikad baik untuk berdiskusi, berbagi informasi, mencari kesepahaman yang didasari oleh tanggung jawab moral terhadap kondisi social ekonomi di wilayah kami. Sebagai masyarakat local, (yang terlanjur di cap oleh pihak perusahaan sebagai pemeras, penghujat pendemo; baca : Chevron Ubah Pendekatan; dapat diakses melalui http://PENALAHATI.WordPress.com) kami mencoba untuk tampil dengan kemasan yang lebih baik, mengedepankan nilai-nilai intelektualitas yang bersandar pada argument-argumen ilmiah. Memang susah untuk sedikit menjadi agak “pintar”, dan jika dihitung pengorbanan yang dilakukan berapa banyak materi yang dikeluarkan untuk mencari sumber-sumber bacaan tentang CSR ini. Betapa kami harus tidak tidur malam dan semalam suntuk berada di warnet (warung internet) mencari literature tentang CSR, hanya untuk meng-efesienkan pengeluaran karena mulai tengah malam tariff warnet sangat murah.
Semoga kesan pada pertemuan awal ini, dapat menjadi cambuk bagi kami untuk terus dan terus memperjuangkan pelaksanaan CSR yang lebih baik. Semoga, kesalahpahaman pada pertemuan awal ini dapat berbuah kesepahaman di akhir kemudian.
Semoga.
Garut, 26 Pebruari 2008
Yayasan Kelompok Masyarakat Peduli

Resume berikut tanggapan atas pertemuan ini disampaikan kepada :
1. Bupati Garut
2. Ketua DPRD Kab. Garut
3. Camat Samarang
4. Team Community Affairs Chevron Geothermal Indonesia
5. Sdr. Jalal (melalui w.w.w.CSRIndonesia.com/Jalal@yahoo.com)
6. Team Coaching PENALAHATI (melalui
http://PENALAHATI.Wordpress.com)
7. Sdr. Mas Ahmad Daniri (melalui
http://w.w.w.madani-ri.com)
8. Sdr. Yusdiasurya (melalui
http://forumpengembanganmasyarakat.wordpress.com/ Yusdi momon @gmail.com)

Tidak ada komentar: